Mesin Pencari




Taruna ATKP Tewas Dianiaya Senior Ketika Ospek

Hendra Saputra Taruna ATKP Tewas dianiaya seniornya ketika sedang mengikuti ospek. Ini adalah kekerasan yang kesekian kalinya di dunia pendidikan Indonesia. Hendra Saputra adalah siswa yang cerdas, satu dari 50 taruna yang berhasil terpilih dari total peserta 5000 orang. Tindakan brutal seniornya membuat Hendra taruna ATKP tewas dengan luka diwajah dan disekujur tubuhnya. Padahal taruna ATKP masuk dengan penyaringan yang super ketat. Hanya orang cerdas yang bisa lolos ke kampus Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan ini. Silahkan baca berita selengkapnya di Hendra Saputra Taruna ATKP Tewas Dianiaya.

Hal ini semakin membuktikan bahwa IQ hanya akan membuat bencana jika tidak disertai dengan EQ dan SQ. Kecerdasan tanpa dibarengi dengan budi pekerti yang luhur hanya akan digunakan untuk menindas dan membenarkan diri sendiri. Tapi berbudi pekerti luhur tanpa dibarengi dengan kecerdasan juga hanya akan menjadi bulan-bulanan bagi orang yang cerdas tak berbudi. Harus ada keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ. Tidak habis pikir saya, kenapa ospek harus disertai dengan kekerasan. Kejadian yang terjadi di ATKP tidak ubahnya dengan ulah preman yang tak berpendidikan.

Apa tujuan ospek sebenarnya? Ospek adalah orientasi pengenalan kampus. Mengenalkan mahasiswa atau taruna pada lingkungan kampus, serta mengenalkan sistem pendidikan di perguruan tinggi, bukan untuk ajang menghajar yunior. Sulit memang menghilangkan tradisi. Kemungkinan, tradisi kekerasan di ATKP sama dengan tradisi di STPDN dimana ketika masa ospek merupakan masa balas dendam terhadap yuniornya. Senior akan membalas tindakan seniornya terdahulu terhadap yuniornya sebagai bentuk balas dendam. Kalau begini terus, maka tidak akan putus mata rantai kekerasan terhadap yunior di kampus-kampus ekslusif seperti STPDN dan ATKP. Untuk menghentikan ini, satu-satunya cara adalah kedua kampus tidak menerima siswa baru sampai seluruh siswanya yang ada sekarang lulus. Baru setelah semua siswanya lulus, taruna baru atau mahasiswa baru, dididik dengan sistem pendidikan yang baru. Hilangkan tradisi lama yang mengutamakan kekerasan dalam mengenalkan lingkungan kampus. Semoga kejadian serupa tidak terjadi lagi di dunia pendidikan Indonesia. Untuk share di facebook, klik icon facebok tombol di bawah.
Share

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment